Borobudur, dimana kita kembali bersama
Borobudur adalah salah satu tempat yang cukup berkesan buat saya. Karena setelah sekian lama hanya berencana, akhirnya saya bisa menyambanginya bersama salah satu sahabat special saya. Saya menulis blog ini mungkin udah super telat karena udah hampir lebih dari 1 tahun yang lalu ke Borobudurnya hehehe Tapi tidak apa-apa, daripada tidak ditulis, biar menjadi kenangan indah bersama mantan… cie cie.
Dulu saya pernah berencana ke Borobudur, tetapi belum terealisasi karena suatu hal. Sampai-sampai saya sering disindir oleh teman kerja saya Pak Jait, alias Pak Panjaitan "masak orang Jogja belum pernah ke Borobudur" hahaha Malu deh rasanya. Hingga akhirnya tanggal 18 Juli 2019, saya luangkan waktu dan bisa kesana mengajak sahabat saya.
Kami sudah janjian jam 5 untuk berangkat pagi-pagi. Memang sengaja kami pilih pagi biar bisa menikmati sunrise di Borobudur. Dan setelah saya jemput sahabat saya di kosannya, saya langsung gas mobil mengarah ke Magelang. Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah. Klik Google Maps.
Perjalanan dari Yogyakarta bisa ditempuh sekitar 45 menit sampai 1 jam, tergantung trafik lalulintas. Bisajuga memakai transportasi publik, yaitu dengan naik Bus jurusan Magelang atau bisa naik transportasi online. Jalan ke arah Borobudur juga sangat bagus dan mudah. Karena hanya melewati jalan propinsi dan arteri. Kebetulan saya berangkat pagi-pagi benar jadi lalulintas masih lumayan lengang.
Sampai di komplek wisata Borobudur saya masuk parkir mobil dengan biaya Rp 20,000. Untuk bus Rp 50,000, dan buat yang pakai motor bisa parkir diluar komplek sekitar Rp 3,000. Harga itu mungkin bisa berubah tanpa pemberitahuan. Setelah parkir, kami pun menunggu gerbang dibuka jam 6.00.
Saya melihat banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung kesini. Beberapa wisatawan mancanegara saya dengar ada yang berbahasa Inggris, Rusia dan Prancis. Ada juga wisatawan dari negara tetangga yang berbahasa Korea dan Jepang. Untung sering nonton film luar negeri. Jadi meski tidak tau mereka bilang apa, paling tidak bisa tau bahasa apa yang mereka gunakan.
Setelah gerbang dibuka kami pun masuk untuk membayar tiket. Tiket di Borobudur untuk wisatawan lokal dewasa Rp 50,000,- /orang dan anak-anak Rp 25,000,- /orang. Untuk wisman memakai mata uang dolar sekitar $15 - 25 atau Rp 200,000- 300,000 an. Cukup mahal ya buat kita-kita orang lokal hehehe. Tapi maklum karena memang bangunan-bangunan dengan nilai historis tinggi seperti Borobudur butuh biaya perawatan ekstra biar tetap lestari.
Berlanjut ke perjalanan, komplek candi Borobudur cukup luas untuk disusuri. Dari gerbang tiket masuk kami harus berjalan cukup jauh untuk bisa sampai ke bangunan Candi. Taman-taman yang kami lewati sangat bersih, cukup apik dan tertata rapi. Banyak pohon-pohon rindang yang nyaman dan asri. Apalagi ditemani sobat saya yang cantik, wah tambah adem rasanya… hahaha.
Sampai ke bangungan candi, tak lupa kami selalu berfoto-foto sembari menikmati suasana. Sekilas info, Candi Borobudur sendiri adalah candi peninggalan kerajaan Wangsa Syailendra yang dibangun sekitar tahun 800-an Masehi. Merupakan situs candi bercorak agama Budha yang sampai sekarang, setiap setahun sekali masih dipakai untuk ibadah penganut agama Budha merayakan hari raya Trisuci Waisak.
Candi Borobudur sampai hari ketika saya kunjungi juga masih merupakan situs candi Budha terbesar didunia yang pernah ditemukan. Tidak heran jika candi ini pernah menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia dan sudah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO.
Kami pun naik ke pelataran candi. Cukup banyak wisatawan luar negeri yang menemani kami menjelajah candi. Stupa dan relief-relief candi yang terukir cukup bikin saya kagum dan bertanya-tanya bagaimana cara membangun candi segede itu dengan teknologi yang 1200 tahun lalu tentu saja belum seperti sekarang.
Saya masih ingat waktu SMP pernah baca dibuku pelajaran tentang Candi Borobudur, bahwa susunan candi di Borobudur mengacu pada 3 tingkatan ajaran Budha. Yaitu Kamadatu (ranah hawa nafsu), Rupadatu (ranah wujud) dan Arupadatu (ranah tak berwujud). Jadi jika mau melihat secara urut bisa dari relief yang paling bawah keatas. Cukup menarik juga bisa belajar sejarah langsung dari sini. Tapi jangan lupa patuhi aturan-aturan di komplek candi ya. Soalnya saya pas berkunjung ada wisatawan yang naik ke pagar stupa, padahal itu tidak diperbolehkan. Alhasil diperingatkan oleh petugas keamanan. Jangan ditiru ya.
Suasana pagi yang indah meski agak mendung membuat kemolekan candi semakin terlihat menawan. Banyak foto yang sudah kita ambil untuk sekedar selfie atau foto-foto bangunan candi. Tak terasa sudah beberapa jam kami menelusuri candi. Kami pun putuskan untuk pulang.
Jalan keluar dari candi cukup jauh, karena harus kembali memutar ke gerbang masuk. Jadi yang tidak biasa jalan kaki jauh pasti akan capek. Tapi jangan kuatir di perjalanan keluar kita masih bisa menikmati asrinya komplek candi. Saya juga menemukan hewan gajah yang memang sengaja dipelihara disana. Meski kasihan juga melihat hewan liar dikandangin ditempat yang notebenenya bukan kebun binatang Semoga sih gajahnya sehat selalu, suatu saat bisa dilepas dialam bebas.
Cukup puas berjalan mengelilingi komplek Candi Borobudur, sekitar jam 11 siang kami pun kembali ke mobil untuk pulang. Beberapa sudut komplek parkiran ada banyak pedagang yang menjajakan dagangannya dengan harga yang cukup terjangkau. Di jalan pulang tak lupa kami mampir sebentar ke warung Kupat Tahu khas Magelang. Cukup untuk menutup indah kenang-kenangan yang tak terlupakan ke Candi Borobudur.
Komentar
Posting Komentar