Menyapa Pantai Pesisir Padang Sumatra Barat
Kebetulan wilayah tempat kerja saya adalah
perbatasan Sumatra Barat – Jambi, sehingga akses ke Padang pun terasa lebih
dekat. Awalnya saya sempat pikir-pikir untuk pergi namun karena sudah lama di
Sumatera tapi belum pernah berwisata di Padang maka saya putuskan untuk ikut.
Perjalanan saya mulai dari daerah
Jujuhan, Muara Bungo tanggal 20 November 2015 sekitar pukul 19:00 WIB dengan
menggunakan mobil pribadi. Saya berempat bersama teman-teman saya yaitu
Saparudin (Bang Sap), Irfan Bedjo, Novan Aditya (ada di foto saya Candi Cheto)
dan Taufik.
Perjalanan pada sore menjelang
malam hari melalui Jalan Lintas Sumatera memang terlihat lebih lenggang
daripada siang hari. Hanya saja dibeberapa ruas jalan yang dilalui
ada beberapa perbaikan jalan yang memakai sistem buka tutup sehingga
menyebabkan antrian panjang. Tapi
selebihnya lalu lintas relatif lancar.
Dan sekitar pukul 01.30 WIB kami tiba di daerah Solok untuk istirahat
sebentar. Di sepanjang Jalan Lintas Sumatra banyak Pom Bensin yang buka 24 jam
sehingga bisa untuk beristirahat sejenak melepas kantuk.
Sekitar pukul 06:00 WIB kami
mulai kembali perjalanan namun sebelumnya kami mampir dulu ke kebun teh Alahan
Panjang daerah Solok. Dari Jalan Lintas Solok masih masuk sekitar 10 km.
Suasana dan pemandangannya mirip dengan kebun teh daerah lereng Lawu tetapi
jalannya lebih bersahabat. Kami berhenti sebentar di warung yang menyediakan
makanan dan minuman ringan sembari berfoto-foto ria.
Pegunungan teh di daerah
Alahan ini memang indah ditemani dengan secangkir kopi panas sambal menikmati
udara segar pegunungan. Sebenernya sekitar 15 km lagi kami bisa sampai ke obyek
wisata Danau Kembar namun karena terbatasnya waktu kami tak berlama – lama singgah,
sekitar pukul 08:00 segera bergegas melanjutkan perjalanan menuju Padang.
Namun untuk
lalu lintas saya kira hampir sama dengan kota lain terutama mobil angkot
benar-benar pemilik jalanan. Para pengguna kendaraan harus berhati-hati karena beberapa pengemudi angkot di Padang yang sering mengemudi
ugal-ugalan.
Oh iya, di Kota Padang sendiri kami sebelumnya melewati pabrik
semen yang terkenal, yaitu PT. Semen Padang. Pabrik itu dari jauh terlihat
cukup besar. Yang menarik disini, penambangan batu putih untuk bahan semen
sendiri berada di bukit tidak jauh dari pabrik tersebut. Batu hasil penambangan tersebut diangkut menggunakan lori-lori melalui rel kereta menuju pabrik.
Pantai Air Manis

Harga durian di daerah ini tergolong murah. Kami mendapatkan 7 buah durian yang
lumayan besar berdiameter 20 – 30 cm dengan harga 60 ribu rupiah, itu saja
masih di beri bonus rambutan. Tak jauh dari situ hanya sekitar 5 menit kami
sudah masuk ke Pantai Air Manis. Masuk gerbang Pantai Air Manis kami cukup memberikan uang 25,000 rupiah sebagai uang tiket masuk.
Pantai Air Manis merupakan pantai yang terkenal di Padang. Legenda Malin Kundang yang terkenal dapat ditemui di pantai ini. Sejauh mata memandang disuguhi pemandangan yang indah, berupa hamparan pasir yang bersih dan ombak yang tenang. Kami berjalan menyusuri pantai yang waktu itu agak ramai oleh pengunjung. Dari wisatawan rombongan keluarga, anak-anak ABG, siswa sekolah yang pulang sekolah nampak asyik menikmati suasana pantai.
Beberapa sudut terlihat pedagang makanan dan souvenir menjajakan dagangannya. Setelah kami menyewa tempat dan makan siang, saya menyempatkan diri untuk melihat batu legendaris Malin Kundang yang terkenal itu. Meski kondisinya sudah mulai terkikis oleh pelapukan tapi masih terlihat seperti orang bersujud. Sayangnya saat berfoto menggunakan kamera pribadi disitu dilarang oleh juru foto setempat yang mengharuskan kami berfoto menggunakan jasa mereka Yah mungkin ini perlu menjadi perhatian pengunjung yang baru pertama kesana.
Beberapa gerai pedagang baju membuat kami singgah untuk membeli beberapa kaos oleh-oleh khas Pantai Air Manis dengan berbagai gambar. Harganya pun lumayan terjangkau antara Rp 25,000 - Rp 50, 000 waktu itu.
Di Pantai Air Manis sendiri ada hiburan Paralayang yang bisa dinikmati jika ingin melihat keindahan pantai dari atas. Namun kami tidak sempat mencoba wahana tersebut. Kami melanjutkan pergi ke Pulau Pisang, pulau kecil diseberang pantai yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
Pulau Pisang terletak sekitar 500 meter dari bibir pantai, yang mengharuskan kami menyeberangi air laut setinggi lutut. Namun jika pasang naik harus memakai perahu untuk kesana. Pulau Pisang punya panorama yang indah. Dengan banyak pohon kelapa dan ombak yang tenang di sekitar pulau serasa berada di pulau pribadi. Kami sempat bermain surfing di pantai namun ternyata sangat susah mengunakan papan seluncur, tidak segampang yang kita lihat di tivi-tivi, butuh latihan dan jam terbang tinggi untuk bisa menggunakannya.
Oh iya bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi masuk ke pantai mungkin harus berhati-hati karena menjelang sore ombak pantai akan mengalami pasang sehingga air laut bisa menutup jalan. Mobil kami waktu itu hampir terjebak pasang, karena kami memarkir di ujung pantai. Untung saja segera kami evakuasi dari tempat itu. Dan sekitar jam 15.00 setelah kami puas menikmati wisata Pantai Air Manis kami pun meninggalkan Pantai Air Manis untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.
Jembatan Siti Nurbaya - Tebing Mande - Pantai Carocok
Jembatan Siti Nurbaya - Tebing Mande - Pantai Carocok
Perjalanan pun kami lanjutkan ke kota Padang untuk mencari penginapan. Dan kami putuskan untuk menginap di
penginapan PT.BA . Lumayan murah untuk rombongan kami berlima dengan 2 kamar
budjet 130 ribu permalam perkamar. Sampai di
penginapan sekitar jam 16.00 di sambut dengan hujan deras yang mengguyur kota
Padang waktu itu. Meski badan terasa
capek setelah kami mandi di Pantai, tak menyurutkan kita untuk sejenak memutari
kota Padang malam hari.
Sehabis membersihkan badan dengan mandi, kami
memutuskan untuk mengunjungi teman yang kebetulan kuliah di UNP Padang salah
satu universitas negeri di Kota Padang. Sampai jam 22.00 kami pun pamit dan
menuju Jembatan Siti Nurbaya yang megah diatas kanal banjir Kota Padang.
Menurut cerita rakyat jembatan ini dinamai dengan Siti Nurbaya dengan mengambil
kisah cinta Siti Nurbaya dan Midun yang cintanya kandas karena Siti Nurbaya harus di jodohkan oleh
Datuk Maringgih, cerita ini memang merupakan cerita rakyat di suku Minang yang
sempat dulu di filmkan dan tayang di TVRI. Kalau anda pernah nonton berarti anda sekarang sudah cukup tua hehehe.
Meski banyak kendaraan
berlalu lalang di atas jembatan ini kami tetap menyempatkan selfie dan
menikmati pemandangan malam di Jembatan Siti Nurbaya. Malam membuat kami pun mengantuk, dan kami pun
putuskan untuk kembali ke penginapan.
Sekitar jam 7 pagi tanggal 22 November 2015 kami pun sudah bersiap meneruskan perjalanan selanjutnya ke Pantai Carocok, namun sebelumnya kami mampir untuk sarapan di sebuah Kedai Makan bernama Katupek Pitalah. Lumayan banyak pembeli yang sarapan disana, memang sepertinya sudah menjadi pelanggan banyak orang. Masakannya memang lumayan enak, meski saya punya lidah jawa tapi sudah lama berkenalan dengan masakan Minang jadi tetap nikmat menggoyang lidah hehehe.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Pantai Carocok Painan, namun
sebelumnya kami sempatkan mampir ke Tebing Mande yang juga masih termasuk di Kabupaten Painan. Kabupaten Painan sendiri merupakan wilayah Sumatra Barat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Padang. Tebing Mande viewnya sangat indah dilihat dari ketinggian membentang pantai
dan laut di pesisir Painan. Pantai-pantai di painan memang sangat indah dilihat
dari Tebing Mande ini, karena pantainya tenang dan bersih. Kami pun hanya sejenak mampir ke Tebing Mande,
dan hanya sebatas berfoto-foto ria kemudian melanjutkan perjalanan ke Pantai
Carocok.
Sekitar pukul 11.00 kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Carocok. Akses
jalan menuju ke pantai-pantai di Padang memang sudah bagus. Sehingga perjalanan
kami pun lancar dan menyenangkan. Dan jam 11.30 kami pun tiba di Pantai
Carocok. Kesan pertama tiba di Pantai Carocok banyak di penuhi dengan penjual
souvenir, namun setelah kami berjalan di bibir pantai baru terlihat keindahan
pantainya.
Pantai yang tenang dengan pemandangan yang eksotis, dilengkapi
dengan jembatan-jembatan panjang diatas air yang terhubung satu sama lain,
membuat kami bisa berjalan menikmati setiap sudut pantai yang luas. Pantai ini juga
terhubung dengan pulau kecil bernama Pulau Cingkuak yang bisa dijangkau
menggunakan perahu boat kecil.
Pulau Cingkuak sendiri dilengkapi dengan wisata
air berupa Banana Boat, Jetsky dan Diving. Tapi kami cukup mengekplore Pantai
Carocok saja karena jika ke Pulau Cingkuak waktu kami akan banyak tersita. Pantai
Carocok menurut penduduk setempat memang lebih bagus dikala sunset. Tapi kami
tidak bisa berlama-lama karena waktu yang terbatas. Sekitar pukul 13.00 kami
pun segera meninggalkan kawasan wisata pantai. Sedikit cindera mata berupa kaos
dan topi sengaja kami beli sebagai kenang-kenangan.
Oh iya, kami juga menyempatkan mampir di bukit Langkisau beberapa kilometer dari Pantai Carocok. Jalannya memang mendaki, tapi kami bisa memarkir kendaraan di atas bukit tersebut.
Dari bukit Langkisau kami bisa melihat keindahan pantai-pantai yang terhampar menggaris batas laut di Kota Painan. Sayang kami tidak bisa menikmati sunset, karena dari Bukit Langkisau akan terlihat sangat indah.
nice story paan
BalasHapusYup Thanks..
Hapus